Sabtu, 15 Oktober 2011

Supporting Evidences And Monitoring To Develop School-Based Curriculum For Junior High School Mathematics In Indonesia

By Marsigit
Reviewed by Siti Subekti

Pemerintah Indonesia dari jaman ke jaman selalu berusaha untuk meningkatkan intelektual rakyat dan memajukan kesejahteraan umum. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan kerjasama untuk melakukan kegiatan piloting mengajar di beberapa daerah. Dalam pengembangan tersebut, dibutuhkan studi yang mendalam dan komprehensif tentang semua aspek yang terlibat. Ada enam prinsip yang dapat dijadikan sebagai panduan pengembangan kurikulum, yaitu kesempatan belajar matematika untuk semua, kurikulum harus mencerminkan kegiatan matematika secara koheren, mengajar belajar matematika membutuhkan teori yang menyeluruh tentang kegiatan siswa, kesiapannya, dan peran guru sebagai fasilitator, kesempatan siswa untuk mengembangkan konsep matematika mereka, kebutuhan untuk mengembangkan penilaian dalam proses pembelajaran, dan menggunakan berbagai jenis sumber.
Mukminan dkk mengatakan bahwa kurikulum berbasis sekolah untuk SMP menekankan pada kompetensi siswa sehingga pemerintah pusat telah mengembangkan standar nasional bagi mereka. Standar Kompetensi Nasional ini kemudian menjadi diuraikan menjadi Kompetensi Dasar, yang meliputi kompetensi afektif, kognitif dan psikomotor. Dengan demikian, Pemerintah Indonesia telah mengembangkan pembelajaran dan pengajaran kontekstual (CTL) sebagai salah satu pendekatan untuk mendukung implementasi kurikulum Berbasis Sekolah.
Untuk mengetahui proses pengembangan tersebut, pemerintah telah mengadakan kegiatan monitoring ke beberapa wilayah di propinsi yang berbeda untuk menyelidiki dan mengidentifikasi sejauh mana kekuatan, kelemahan, dan kendala dari pelaksanaan kurikulum baru. Hasil dari monitoring tersebut adalah banyak guru yang masih memiliki masalah dalam melaksanakan Standar Kompetensi Nasional dan Dasar Kompetensi, banyak guru yang masih memiliki kesulitan dalam mengembangkan Lembar kerja Siswa, dalam mengembangkan masalah kontekstual, dan juga mengalami kesulitan dalam mengembangkan alat peraga. Namun terdapat beberapa guru yang merasa bahwa metode diskusi, kerja praktis, dan investigasi dapat mendukung kurikulum berbasis sekolah. Sedangkan renspon dari siswa akan kurikulum baru ini adalah siswa lebih bahagia dalam belajar matematika, khususnya dalam diskusi kelompok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar