Oleh
Siti Subekti (09301241018)
Berfilsafat
sebetulnya olah pikir. Olah pikir dapat olah pikir dalam arti sendiri, bersama,
olah pikir bangsa Indonesia, olah pikir bangsa-bangsa di dunia, olah pikir
pikiran dunia, olah pikir pikiran akhirat. Untuk berfilsafat, kita harus
menggunakan refrensi, yaitu pikiran para filsuf sehingga untuk berfilsafat kita
harus membaca pikiran para filsuf, karya-karyanya dan buku-bukunya.
Macam-Macam filsafat
Objek
dari filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Kemudian untuk melihat
macam-macam filsafat, objek ini dapat dipersempit lagi. Zaman Yunani Kuno orang
berpikir bahwa segala sesuatu terbuat dari apa, bumi terbuat dari apa, bulan
terbuat dari apa, tanah terbuat dari apa. Filsafat ini disebut sebagai filsafat
alam. Jika objeknya tentang diri manusia, maka filsafatnya disebut filsafat
manusia. Jika manusia di Jawa, maka filsafatnya bernama filsafat orang Jawa.
Jika filsafatnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sripitual, maka filsafatnya
bernama filsafat spiritual atau teologi atau filsafat ketuhanan. Secara
professional, jika kita mempelajari filsafat, kita juga harus rinci mempelajari
lokasi. Lokasi berarti di mana objek tersebut ada. Oleh karena itu, filsafat
membagi dua macam, yaitu filsafat yang objeknya berada di dalam pikiran dan
filsafat yang objeknya berada di luar pikiran. Contoh objek di dalam pikiran
adalah ketika kita memejamkan mata, kita melihat suatu benda, maka benda itu
ada di dalam pikiran kita. Benda yang ada di dalam pikiran itu bersifat ideal
dan tetap sehingga filsafatnya bernama idealism. Tokoh dari filsafat ini adalah
Plato. Menurut ilmu, yang benar itu yang ada di dalam pikiran. Objek yang
berada di luar pikiran dapat dilihat,
didengar, dan diraba. Objek ini bersifat berubah sehingga filsafatnya bernama
realism dengan tokoh Aristoteles.
Filsafat
dipandang dari banyaknya objek ada tiga, yaitu satu objek, dua objek, dan
banyak objek. Filsafat yang terdiri atas satu objek disebut monoism. Maksud
dari satu objek ini adalah sesuatu hal yang benar hanya satu, yaitu tidak lain
dan tidak bukan adalah Tuhan. Filsafat yang terdiri atas dua objek disebuat
dualism dan filsafat yang terdiri atas banyak objek disebut pluralism.
Oleh
karena itu, aliran filsafat berasal dari macam objeknya, lokasi objeknya, dan
karakteristik objeknya
Sejarah perkembangan filsafat
hingga pada filsafat modern dan kontemporer
Setiap
yang ada dan yang mungkin ada pasti ada filsafatnya karena itu merupakan urusan
dunia, urusan manusia . Karena keterbatasan pikiran manusia dan rahmat Tuhan,
manusia dapat membedakan. Misalnya kita tidak dapat hidup di air terus menerus.
Maka kita bisa membedakan keadaan air dan keadaan udara. Kita tidak bisa
terbang, maka kita dapat membedakan yang bisa terbang dan yang tidak bisa
terbang. Kita tidak dapat berlari secepat kilat, maka kita bisa membedakan
jarak dekat dan jarak jauh. Oleh karena itu, segala sesuatu yang ada dan yang
mungkin ada membawa rahmat jika kita mampu menggalinya dengan cara mensyukuri.
Syukur itu dapat ditunjukkan dengan doa sehingga doa menjadi aktivitas
sehari-hari.
Dengan
keterbatasan manusia memikirkannya, maka yang terjadi pada ruang dan waktu,
yaitu menembus ruang dan waktu. Menembus ruang dan waktu jika digambarkan
adalah makhluk yang luar biasa, super, setengah dewa. Jika kita intropeksi
diri, menembus ruang dan waktu adalah mengalami perubahan. Jika belajar
berfilsafat, maka kita juga belajar professional karena professional itu
intensif (sedalam-dalamnya) dan ekstensif (seluas-luasnya). Dengan demikian
secara professional kita berfilsafat dengan menguraikan pikiran-pikiran filsuf
kemudian direlevansikan dengan pengalaman. Oleh karena itu, jika kita berbicara
tentang ruang dan waktu, maka ruang dan waktu itu juga berdimensi. Yang menembus
ruang dan waktu itu adalah subjeknya. Waktu menurut Immanuel Kant ada tiga,
yaitu berurutan, berkelanjutan, dan berkesatuan (tidak dapat
dipisah-pisah).dimensi ruang ada bermacam-macam, ada dimensi nol, dimensi satu,
dimensi dua, dimensi tiga, dan seterusnya. Namun hal itu merupakan teori. Dalam
kenyataannya, banyak sekali kita jumpai ruang. Contohnya adalah ruang yang
berada di bawah pohon, ruang terbuka, ruang tertutup, ruang ramah lingkungan,
ruang kuliah, ruang doesn, ruang penuh, ruang kosong, dan seterusnya. Jika kita
ekstensikan (kembangkan) dengan bahasa analog, maka ruang adalah pikiran. Ruang
itu meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Yang ada dan yang mungkin ada juga
mempunyai ruangnya masing-masing sehingga terdiri atas wadah dan isi. Tanpa wadah
kita tidak dapat mendefinisikan isi, dan sebaliknya. Untuk mengetahui ruang,
kita juga mengetahui waktu. Untuk mengetahui waktu, kita juga harus menggunakan
ruang. Sebenarnya, ruang dan waktu tidak ada, hanya ada dalam pikiran
(intuisi). Kita dapat memahami ruang karena intuisi, bukan definisi. Definisi
hanya digunakan sebagai pertolongan. Kita memiliki ruang imajiner, yaitu
material, formal, normative, dan spiritual. Material merupakan bentuk diri
kita, formal merupakan diri kita yang tertulis, normative adalah ilmu-ilmu,
filsafat. oleh karena itu, orang yang bersopan santun adalah orang yang dapat
menempatkan diri sesuai dengan tempatnya. Contohnya adalah kotor dalam ruang
spiritual adalah dosa.
Jika
diekstensikan lagi menggunakan bahasa analog, kita memiliki ruang orang
kapitalis. Meka membuat rruang atau struktur hirarki mulai dari ruang arkaik,
triodal, tradisional, feodal, modern, cosmodern, post-cosmodern. Itulah
pentingnya kita bersopan santun terhadap ruang. Orang yang berilmu adalah orang
yang bersopan santun terhadap yang ada dan yang mungkin ada sehingga orang yang
berilmu dalam pendidikan adalah orang yang bersopan santun terhadap apa yang
ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan matematika. Santun berarti mengerti,
menghayati, mengimplementasikan, mengaplikasikan dan merefleksikan.
Pada
saat ini, kita berhadapan dengan sistem. Sistem kita yaitu menempatkan
spiritual di paling atas. Tidak ada satu
pun unsur di dunia ini yang terbebas dari unsur spiritual. Di sisi lain kita
menghadapi gejolak dunia, pengaruh globalisasi, akibat dari power know yang
terdiri atas empat ujung tombak, yaitu kapitalisme, pragmatism, utilitarian,
dan hedonism. Kapitalisme mengukur segala sesuatu dengan berhasil atau tidaknya
ekonomi. Utilitarian mengukur segala sesuatu dari segi manfaatnya (manfaat
untuk yang bersangkutan tanpa memikirkan orang lain). Pragmatisme menghaislkan
budaya serba cepat dan praktis. Hedonism mengejar rasa senang, kenikmatan. Maka
kehidupan modern ini ditandai dengan orang mengejar rasa senang, berupa
penemuan-penemuan, hubungan, makanan, dst. Mereka berusaha mendeskripsikan atau
menspesifikkan pilah-pilah tersebut. Misalnya memisah antara pernikahan dan
percintaan. Jika itu merupakan suatu sistem yang tidak kita suka, maka itu
disebut dajjal. Itulah dunia yang diciptakan oleh power know. Handphone juga
hasil kerja dari power know karena power know juga merupakan industry dan
teknologi. Ibarat siang dan malam, kita tidak dapat memisahkan siang dan malam,
tidak dapat menentuka batas siang dan malam. Power know menciptakan dunianya
dengan meletakkan religi di tengah, yaitu di ruang tradisional sehingga agama
di dunia barat tidak favorit, yang terkenal adalah penemuan-penemuan baru.
Ruang
merupakan salah satu kategori atau
klasifikasi. Dirimu adalah tergantung dirimu. Ketika dalam suatu acara, dirimu
sebagai tamu, panitia atau tuan rumah. Jika dalam pertandingan, dirimu sebagai
pemain, wasit, atau penonton. Dalam material, dirimu adalah kakimu, tanganmu,
atau bagaian apa. Dalam formal, dirimu adalah yang tertulis di ktp, dalam
tulisanmu. Normative adalah pikiranmu dan spiritual adalah doa-doa, ibadah dan
amalmu. Jika dikatakan menembus ruang dan waktu, maka dirimu adalah tergantung
material, formal, normative, dan spiritualmu. Selain manusia, hewan, tumbuhan,
dan batu pun bisa menembus ruang dan waktu karena mereka tidak dapat melepaskan
diri dari ruang dan waktu. Batu juga mengalami hari Senin, namun hanya saja
batu tidak tahu Senin. Senin hanya ada di pikiran kita. Sebenar-benar manusia,
tidaklah mengalami hal yang sama sehingga ruang dan waktu berdimensi.
Pertanyaan
yang selanjutnya adalah bagaimana metode menembus ruang dan waktu. Metode
tersebut ada di dalam pikiran subjeknya. Jika batu permata , maka ia bisa
menembus ruang dan waktu dengan dipakai oleh sang pemilik ke suatu tempat.
Secara filsafat, yang mendasar dalam menembus ruang dan waktu adalah:
1. Fenomenologi
Fenomenologi
merupakan karya cipta Husserl. Unsure dasar dari fenomenologi adalah abstraksi
dan idealisasi. Abstraksi adalah memilih (reduksi) dan idealisasi adalah
menganggap sempurna sifat yang ada. Kodrat manusia adalah reduski (memilih)
sehingga hidup itu pilihan. Selain kita bisa memilih, namun kita juga terpilih
dan dipilih oleh Tuhan. Dalam hidup sehari-hari kita diberi keterbatasan.Kita
tidak adil pada semua objek karena kita tidak bisa melihat objek-objek di
belakang kepala. Artinya, objek-objek tersebut terpilih oleh dirimu. Filsafat
yang berhubungan dengan reduksi (terpilih) disebut reduksionisme. Oleh karen
itu, sebenar-benarnya manusia adalah reduksi karena manusia tidak bisa tidak
memilih. Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang ada yang tidak terjangkau oleh
kita. Semua yang tidak dapat dijangkau dan dipikirkan dimasukkan ke dalam rumah
epoke. Misalnya ketika kita mempelajari matematika maka semua hal yang
berhubungan dengan bahasa dimasukkan ke dalam rumah epoke.
2. Pemahaman
tentang fundasionalisme
Semua
makhluk beraga adalah kaum fundasionalisme karena semua orang yang beragama
menempatkan Tuhan sebagai Kausa Prima, yaitu sebab dari segala sebab dan sebab
yang utama dan pertama, sehingga tidak ada sebab lain yang mendahuluinya.
Mereka disebut kaum fundasionalism karena memiliki fundamen, yaitu permulaan.
Contoh dari kaum fundasionalisme yaitu seluruh matematikawan karena mereka
membuat Matematika dengan diawali definisi.
3. Pemahaman
tentang anti fundasionalisme
Pada
hakikatnya semua manusia adalah fundasionalisme namun manusia mempunyai
keterbatasan sehingga tidak mampu mengenalinya. Ada sebuah pertanyaan mengenai
“kapan Anda bisa mengenal besar dan kecil?”. Jika jawabannya sejak kecil,
kecilnya umur berapa. Tidak ada orang di dunia ini yang mampu mengatakan sejak
kapan ia bisa membedakan besar-kecil. Hal ini yang dinamakan anti
fundasionalisme. Dalam filsafat ini, sesuatu tidak perlu define dan permulaan.
Anti fundasionalisme tersebut kemudian disebut sebagai intuisi (intuisionisme).
Intuisi ini merupakan cara belajar anak kecil, yaitu dengan kegiatan dan
contoh. Suatu keyakinan jika dikaitkan dengan filsafat, maka ia bersifat
intuisi karena pertanyaannya adalah “sejak kapan kau percaya?”.
Dari
perkembangan perjalanan filsafat hingga masa August Compe yang melahirkan
ilmu-ilmu bidang maka kita mempunyai banyak sekali ruang. Ruang yang diciptakan
manusia sebagai perkembangan ilmu. Sehingga timbullah produksi istilah-istilah
baru secara kreatif. Kata-kata baru ini diciptakan oleh orang yang punya
otoritas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar