Kamis, 29 September 2011

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)


By Marsigit
Reviewed by Siti Subekti

Competency-based curriculum is a curriculum that contains the plan and arrangement of competencies to be achieved by learners, learning activities, assessment, and empowerment of educational resources. As a curriculum, CBC would have a foundation in its development. Its Foundation are:
1) Philosophical: Pancasila
2) Legal: the 1945 Constitution as amended and GBHN 1999
3) Empirical: social, economic, culture, globalization, and comparative international curriculum.
As the name implies, CBC more emphasis on students' skills in learning. The ability itself is the knowledge, skills, attitudes and values ​​that must be controlled by learners and reflected in the students and reflected in the habits of thinking and acting. The characteristics of the CBC are:
1) Emphasizing a balance between Emphasizing a balance between the development of the attitude, competence development of the attitude, academic competence, life skills, arts and academic, life skills, arts and sports sports
2) Focusing Focusing communication skills communication skills through oral language and writing and through oral and written language and communicate
3) Formulation of standards of competence that a clear formulation of competency standards
4) Learning is contextual
5) Change the function of a teacher or instructor, namely as a facilitator of learning.
As a curriculum, the CBC would need to be continuously developed to suit the times and in accordance with the student's ability at that time. There are three methods in developing CBC, namely research, dissemination (information dissemination), and development.

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA


By Marsigit
Reviewed by Siti Subekti

Currently, Indonesia is implementing regional autonomy. This means that each region has the role to set its own territory, including the field of education. In this case, the central government to set standards of competence done by local government and tailored to each area.
To implement the autonomy of the education sector, the government developed a curriculum that is appropriate, ie level of the education curriculum (SBC). SBC is the operational curriculum developed and implemented by each educational unit.
The legal foundation of the curriculum are:
1) Government Regulation Number 19 Year 2005 on National Education Standards
2) Minister of National Education Regulation No. 22 of 2006 on the Content Standards for Elementary and Secondary Education Unit
3) the Minister of National Education Regulation No. 23 of 2006 on Graduate Competency Standards For Primary And Secondary Education Unit
4) Minister of National Education Regulation No. 24 of 2006.
As curriculum, course curriculum will be developed into competency standards and syllabus. The development is based on the principles:
1) centered on the potential, progress, needs and interests of learners and their environment
2) diverse and integrated
3) responsive to the development of science, technology and art
4) relevant to the needs of life
5) comprehensive and sustainable
6) lifelong learning
7) balance between national interests and regional interests
To be applied in teaching and learning, curriculum should be translated first into the syllabus. The steps are:
1) Assess the Competency Standards and Basic Competency Standards as contained in the Content
2) Identify the Basic Materials that support the achievement of competency standards and competency
3)  increase Learning Experience
4) Formulate Indicators of Success Learning is developed in accordance with the characteristics of educational units, and regional potential learners, and formulated in a measurable verb operational and / or observable
5) Determination of type of assessment is done based on indicators
6) Determine the Allocation of Time based on the number of weeks of effective and time allocation subjects per week
7) Determining the Source of Learning is based on the standards of competence and basic competencies and subject matter, learning activities, and indicators of achievement of competencies.

DEVELOPING MATHEMATICS EDUCATION IN INDONESIA


By Marsigit
Review by Siti Subekti

Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting di Indonesia. Oleh karena itu, disusunlah sistem pendidikan yang bertujuan meningkatkan pengabdian penuh kepada Allah SWT, mengembangkan  kecerdasan dan keterampilan individu, mendorong sikap positif kemandirian dan pengembangan, memastikan bahwa semua anak tidak buta huruf.
Setiap tahun, kualitas pendidikan dituntut untuk semakin maju sehingga pendidik harus menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa sehingga mereka aktif dalam membangun pengetahuan dengan pemahaman mereka sendiri. Denngan kata lain, pembelajaran harus beralih dari “teacher center” ke “student center”.
Untuk mengetahui metode yang harus diterapkan dalam pembelajaran yang mutakhir ini, maka diadakan sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, setiap kelompok bertemu untuk membahas apa yang harus ditingkatkan dan bagaimana meningkatkan Matematika
dan ilmu pendidikan di kelas masing-masing. Aspek-aspek yang ditingkatkan dikaitkan dengan  pengembangan instrumen dan peralatan metode pengajaran dan model untuk bahan pengajaran, serta evaluasi. Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar siswa antusias dengan pembelajaran menggunakan media baru, metode, motivasi atau pendekatan siswa untuk belajar Matematika dan Sains.
Dari pengamatan dan penelitian yang telah dilakukan, maka untuk meningkatkan pengajaran Matematika dan Sains di Indonesia diperlukan
1)      mengimplementasikan kurikulum yang lebih cocok, yaitu yang lebih sederhana dan
fleksibel,
2)      mendefinisikan kembali peran guru, yaitu memfasilitasi kebutuhan siswa untuk belajar,
3)      mendefinisikan kembali peran kepala sekolah, yaitu mendukung pengembangan profesional guru dengan memungkinkan mereka menghadiri dan berpartisipasi dalam pertemuan ilmiah dan pelatihan,
4)      mendefinisikan kembali peran sekolah, yaitu mempromosikan manajemen berbasis sekolah,
5)      mendefinisikan kembali peran pengawas, yaitu memiliki latar belakang yang sama dengan guru mereka mengawasi agar dapat melakukan akademis  supervisi,
6)      peningkatan otonomi guru dalam mencoba menerapkan inovasi dalam pengajaran dan pembelajaran Matematika dan Sains,
7)      mempromosikan kolaborasi yang lebih baik antara sekolah dan universitas, yaitu meningkatkan komunikasi antara dosen dan guru melalui penelitian tindakan kolaboratif dan bertukar pengalaman melalui seminar dan lokakarya.

DEVELOPING MATHEMATICS CURICULUM FOR JUNIOR HIGH SCHOOL IN INDONESIA


By Marsigit
Review by Siti Subekti

Dari tahun ke tahun, pendidikan merupakan salah satu hal yang perlu ditingkatkan. Dalam hal ini, kurikulum lah yang menjadi prioritas utama untuk direvisi karena kurikulum merupakan dasar dari proses belajar-mengajar. Dari sebuah penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa Indonesia memiliki indikasi bahwa penguasaan Matematika dan Sains masih rendah. Hal ini dapat dikarenakan:
1)      kurangnya kegiatan laboratorium
2)      kurangnya guru yang menguasaii Pendekatan keterampilan proses
3)      isi kurikulum Matematika dan Sains terlalu kompleks
4)      banyak memakan waktu untuk administrasi guru
5)      kurangnya peralatan laboratorium dan sumber daya manusianya.
Karena hal-hal tersebut di atas, maka kurikulum yang digunakan harus disusun kembali sehingga memudahkan siswa dalam belajar Matematika dan Sains. Untuk menyusun kembali kurikulum, mka perlu diadakan uji coba yang memiliki strategi dasar mempromosikan paradigma baru pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan. Tujuan uji coba ini adalah untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendidikan Matematika dan ilmu pengetahuan di sekolah dengan mencoba beberapa hal yang dikembangkan dalam proyek ini yang langsung berhubungan dengan sekolah. Para kegiatan uji coba dilakukan melalui tindakan kelas penelitian antara dosen kolaboratif dan guru.
Pengembangan kurikulum tentunya membutuhkan kajian komprehensif dan mendalam dari semua aspek terlibat. Matematika di SMP dalam kurikulum KBK berpusat pada kompetensi siswa sehingga pemerintah pusat mengembangkan standard nasional. Standar Nasional Kompetensi ini kemudian akan diuraikan menjadi Kompetensi Dasar, yaitu kompetensi minimal yang harus dilakukan oleh siswa, meliputi afektif, kognitif dan psikomotor kompetensi. Untuk menghadapi ini, Indonesia telah mengembangkan Pembelajaran dan pengajaran kontekstual (CTL) sebagai salah satu pendekatan untuk mendukung implementasi Kompeten Berbasis Kurikulum, artinya pemerintah mendorong guru untuk mengembangkan kecakapan hidup siswa secara optimal dengan menggunakan lingkungan untuk mendukung siswa kegiatan.
Standar Nasional Kompetensi Matematika untuk SMP meliputi bilangan, pengukuran dan geometri, peluang dan statistika, serta aljabar.